Gereja Katolik Bangun BLK dan Pusat Informasi Migran di Batam

Batam, HarianBerita.ID – Gereja Katolik melalui Yayasan Karina KWI memulai pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) dan Pusat Informasi Migran di Shelter St. Theresia, Batam.
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Ketua Badan Pengurus Yayasan Karina KWI, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, sebagai wujud nyata kepedulian terhadap pekerja migran dan korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Pembangunan ini merupakan kerja sama antara Caritas Indonesia dan Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran dan Perantau (KKP-PMP) Keuskupan Pangkalpinang.
Fasilitas ini akan difungsikan sebagai tempat pelatihan keterampilan dan pusat informasi bagi pekerja migran dan calon migran.
Mgr. Sudarso berharap fasilitas ini menjadi “rumah” bagi para migran tempat yang hangat dan menerima semua orang layaknya keluarga.
Ia menegaskan bahwa langkah ini merupakan bentuk komitmen Gereja terhadap isu kemigrasian, sejalan dengan seruan Paus Fransiskus untuk melindungi dan memperhatikan para migran.
“Siapa saja yang berjumpa dengan para migran, sama halnya berjumpa dengan Yesus,” tegasnya.
Direktur Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk, Pr, menambahkan bahwa BLK dan pusat informasi ini akan menyediakan pelatihan dan edukasi bagi pekerja migran yang selama ini masih minim keterampilan dan informasi.
“Tempat ini akan menjadi pusat edukasi, sosialisasi, dan penguatan jaringan kerja sama,” ujarnya.
Ketua KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang, Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus (Romo Paschal), menekankan bahwa fasilitas ini terbuka untuk semua pekerja migran. Ia menyoroti rendahnya kompetensi dan informasi yang diterima calon migran sebagai penyebab utama mereka terjerat TPPO.
Ia berharap pendampingan di BLK ini mampu membekali mereka sebelum berangkat ke luar negeri.
Shelter St. Theresia sendiri dikenal aktif dalam pelayanan migran dan sangat relevan di Batam, kota yang menjadi salah satu titik transit utama perdagangan manusia ke Malaysia dan Singapura.
Data Kompas mencatat, sejak Mei 2022, sekitar 200 pekerja migran diberangkatkan secara ilegal setiap hari dari Pelabuhan Feri Internasional Batam Centre ke Tanjung Pengelih, Malaysia.
Acara peletakan batu pertama dihadiri berbagai kalangan, termasuk Wakapolda Kepri Brigjen Pol. Dr. Anom Wibowo, Kabinda Kepri Bonar Panjaitan, perwakilan komunitas religius (Suster RGS, SSCC, JMJ, FSE, FCH), Bank Indonesia, Romo Agustinus Dwi Pramodo, Jaringan Safe Migran Batam, Tim KKP-PMP Keuskupan Pangkalpinang, serta umat dan masyarakat sekitar.
Pembangunan ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam perlindungan dan pemberdayaan pekerja migran, serta memperkuat kolaborasi Gereja, negara, dan masyarakat sipil dalam menghadapi kejahatan perdagangan orang.